siswa menulis

Pengalaman Ini Tak Bisa Diucapkan Tapi Harus Dirasakan

Menjadi relawan untuk mengajar anak-anak dari tempat yang masih minim akses pendidikan adalah salah satu impian saya. Awalnya saya hanya sering melihat-lihat dari postingan di internet saja, tapi lama-kelamaan saya jadi termotivasi dan ingin juga untuk menjadi seorang relawan. Impian itu kini sudah dapat saya mulai dengan tindakan nyata, yaitu dengan mengikuti kegiatan osis mengajar yang diadakan oleh SMAN 1 Magetan. Saya diberikan kesempatan untuk mengajar kelas literasi di SDN Puntukdoro 4 yang berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Desa Puntukdoro Kecamatan plaosan,Kabupaten Magetan.

Awalnya saya mengira kegiatan ini hanya dapat diikuti oleh pengurus osis saja, tapi ternyata semua siswa dan siswi SMAN 1 Magetan dapat mengikuti kegiatan ini. Setelah saya tau jika tidak hanya pengurus osis saja yang dapat mengikuti kegiatan ini saya memberanikan diri untuk mendaftar. Dari awal saya memang sudah berminat untuk mendaftar di bagian kelas literasi karena saya sendiri lebih suka dalam membaca dan menulis daripada numerasi. Pada saat diberitahu bahwa saya telah lolos dan menjadi pengajar di kegiatan osime ini saya merasa sangat senang dan juga gugup. Gugup karena takut bahwa saya belum siap. Tapi karena tekat yang sudah bulat dan pemikiran bahwa kegiatan ini dapat menjadi awal dari mimpi yang ingin saya wujudkan, semua kegugupan itu langsung berubah menjadi rasa semangat.

Sudah saatnya untuk berangkat. Hari Sabtu tanggal 20 Januari 2024, hujan mulai turun. Jalan yang saya lewati sangat curam dan menanjak, ditambah lagi licin karena hujan. Saat sudah sampai di sekolah, saya merasa sangat kaget karena pemandangan dan hawa yang sejuk juga dingin dari sekolah itu. Dari lapangan sekolah dapat dilihat pemandangan yang luar biasa indah yang tidak bisa didapatkan di semua sekolah yang selama ini pernah saya datangi. Pada pagi itu saya melihat anak-anak sudah bersama-sama membersihkan area sekolah. Ada yang sedang menyapu lapangan, membuang sampah-sampah daun dan juga mengepel. Pemandangan ini benar-benar dapat membuat saya tersenyum tanpa sadar.

Kegiatan diawali dengan perkenalan dari kakak-kakak osis dan juga pengajar yang dilakukan di lapangan sekolah. Tidak hanya perkenalan saja tapi juga ada kegiatan ice breaking. Anak-anak sangat bersemangat dalam mengikuti ice breaking, mereka bahkan dapat melakukan ice breaking itu dengan lebih baik daripada saya hahahaha. Perkenalan sudah selesai, sekarang saatnya pembelajaran dimulai. Pembelajaran yang akan disampaikan sudah saya buat semenarik dan dapat menghindarkan murid dari bosan. Seperti menonton video dan ice breaking dikelas.

Kesempatan pertama saya menceritakan pengalaman saya di kelas 3 dengan jumlah murid 5 orang. Awalnya saya merasa takut mereka tidak akan merasa bersemangat dalam kelas karena disitu hanya ada 4 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Diluar dugaan ternyata mereka sangatlah bersemangat dan juga kompak dalam mengikuti kelas saya. Pada saat awal masuk kelas saya menanyakan tentang cita-cita mereka. Ada 3 anak yang ingin menjadi dokter, 1 tentara dan 1 polwan. Saya merasa sangat senang saat mendengar mereka sudah mempunyai sebuah mimpi dan cita-cita. Pada saat persiapan pada awalnya saya ingin menyampaikan materi tentang kalimat di kelas ini, tapi ternyata mereka belum ada yang mengerti tentang apa itu kalimat. Disini saya mulai berpikir dan akhirnya melakukan improvisasi yang awalnya membuat kalimat jadi menebak kata. Saya merasa lega saat tau bahwa mereka sudah bisa membuat kata, jadi saya bisa melanjutkan kelas seperti yang sudah saya siapkan. Respon positif mereka memberikan energi besar bagi saya untuk melanjutkan sesi berikutnya.

Pada jam ke 2 saya mengajar di kelas 2 dengan jumlah 7 orang. Kelas 2 sangat berbeda dengan kelas 3, mereka sangat bersemangat dan juga aktif, malah bisa dibilang kelas inilah yang paling aktif dari semua kelas. Banyak anak yang berlarian dan berteriak dikelas, dan yang paling membuat saya bingung adalah ketika ada anak yang maju ke meja saya dan melihat-lihat isi meja dengan tatapan penasaran. Dengan bantuan kakak panitia saya dapat membuat kelas menjadi kondusif kembali dan dapat melanjutkan pelajaran. Di kelas ini untuk melakukan ice breaking cukup sulit karena anak-anak yang sulit diam. Mereka sangat tertarik dengan gambar, jadi saya membuat mereka berlomba untuk jadi yang paling tenang duduk dan memilihnya untuk maju kedepan. Seperti dugaan mereka benar-benar duduk diam agar segera saya panggil dan dapat memilih gambar untuk ditebak hurufnya. Sebuah trik yang sering digunakan guru saya saat masih SD.

Pada jam ke 3 saya mengajar di kelas 1 dengan jumlah 9 orang. Saya tidak menyangka  ketika saya bertanya hari ini kita mau belajar atau bermain, banyak dari mereka yang menjawab belajar. Padahal di kelas-kelas sebelumnya saat saya bertanya tidak ada yang menjawab belajar, semuanya menjawab bermain. Lalu saya berkata kalau kita bakal belajar sambil bermain hari ini. Mereka terlihat bingung, pada saat itu saya sadar bahwa pada umur mereka sekarang ini masih berpikir kalau belajar itu hanyalah ketika guru menulis di papan tulis. Dikelas ini saya cukup banyak melakukan ice breaking agar mereka aktif dan tidak melulu berpikir bahwa saya datang hanya untuk belajar.

Kelas terakhir saya adalah kelas 4 dengan jumlah anak paling banyak daripada kelas saya sebelumnya yaitu 10 orang. Kelas ini yang paling tidak bisa saya lupakan. Entah kenapa perasaan saya saat mengajar kelas ini terasa sangat bermakna dan mandalam. Di kelas ini mereka semua dapat dengan cepat beradaptasi. Ada anak bernama Uswah yang sangat pintar dan aktif, dia selalu dapat menjawab pertanyaan dari saya dan dia dapat menebak apa yang ingin saya bicarakan. Saya sampai bingung ingin menyampaikan apa karena dia sudah duluan dapat mengatakan hal itu lebih dulu dari saya. Ada anak  yang terlihat malu-malu tapi sangat murah senyum. Ada juga mereka semua terlihat seperti saling melengkapi satu sama lain,kelas ini benar-benar terasa seperti keluarga. Di kelas ini materi saya sudah bukan tentang kata lagi, tapi tentang menjaga lingkungan. Saat saya berkata apa ada sampah di bawah mereka, tanpa saya suruh sedikitpun mereka semua langsung melihat kebawah dan mengambil sampah-sampah untuk dibuang ke tempat sampah. Sebuah pemandangan yang WOW untuk saya.

Tidak terasa kelas sudah berakhir, sekarang adalah saatnya anak-anak pergi ke lapangan untuk cap tangan di kain dan menerbangkan pesawat kertas. Mereka sangatlah suka berlari-lari untuk main kejar-kejaran, situasi ini mengingatkan saya saat masih SD dulu. Rasanya benar-benar seperti kembali di masa lalu. Anak-anak ini sudah memiliki mimpi, saya yakin mereka akan menjadi anak-anak yang sukses dimasa depan. Entah dengan keadaan apapun mereka masih tertawa dan belajar untuk mimpi mereka, inilah yang membuat saya benar-benar ingin kembali lagi kesana.

Pengalaman ini sangat berarti bagi saya, perasaan senang, terharu, gugup dan rasa ingin terus bersyukur. Rasanya seperti melihat dunia luar yang jauh dari dunia saya. Perasaan yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. Jika ada mesin waktu saya sangat ingin untuk mengulang hari itu berkali-kali tanpa henti, tapi yah itu tidak mungkin. Jadi saya hanya bisa berharap semoga apa yang saya ajarkan tadi dapat bermanfaat bagi para adik-adik dan motivasi saya bisa terus mereka ingat sampai mimpi mereka semua tercapai. Terimakasih, terimakasih dan terimakasih untuk semuanya.

  • Gladis Cyntia Dwi Nurcantika / Kelas X.7
  • Pengajar Kelas Literasi
  • OSIS Mengajar Angkatan 1
  • SDN Puntukdoro 4, Kec. Plaosan, Magetan

admin
the authoradmin
Think Big, Start Small, Act Now

1 Komentar

  • Semangat terus gladis!! semoga ilmu yang kamu ajarkan dapat bermanfaat dan untuk gladis semoga pengalaman mengajar yang singkat ini bisa menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Saya sebagai mahasiswa pendidikan bangga sama gladis bisa mendapatkan pengalaman mengajar sejak kelas 10.

Tinggalkan Balasan