Sabtu, 20 Januari 2024 adalah hari penting yang telah terjadwal di ponsel saya yaitu OSIS Mengajar SMA Negeri 1 Magetan. Saya yang awalnya tidak berekspektasi lebih akan mendapatkan peran sebagai pengajar kelas karakter mendaftarkan diri setelah beberapa pertimbangan ada yang meragukan hati saya dengan bilang “kalau gak nguntungin buat kamu ya ga usah”, “sudah kelas 12 waktunya fokus belajar” namun ada yang membuat saya memilih untuk tetap mengikuti inovasi baru dari proker Osis SMA Negeri 1 Magetan yaitu kata-kata “kalau tidak sekarang, belum tentu suatu saat nanti bisa”, “sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain”.
Setelah mengikuti seleksi administrasi saya mendapatkan pesan dari adik kelas yang bertugas sebagai devisi recruitment yang mengabarkan bahwa akan di adakan interview sepulang sekolah singkat cerita ada pertanyaan yang paling kuingat bahkan saya menahan agar tidak tertawa yakni “Jalan menuju Sekolahnya cukup curam, kamu berani?” dengan cukup santai saya menjawab “kebetulan rumah saya di Poncol pak jadi sudah biasa” menurut saya ini adalah pertanyaan yang sangat sesuai untuk saya ibarat dapat jackpot hehehe.
Singkat cerita lagi saya mendapatkan kabar bahwa saya lolos, setelah melewati berbagai tahapan mulai dari awal hingga tiba di hari ini Sabtu, 20 Januari 2024 disambut gerimis dan juga pelangi sebagai pertanda betapa indahnya hari ini. Jujur saja saya sedikit terlambat karena teman-teman yang berangkat dari sekolah tiba lebih dulu dilokasi, sesampainya di SD Negeri Puntukdoro 4 saya meletakkan barang-barang dan dilanjutkan dengan pembukaan serta perkenalan dari segenap panitia dan Pengajar Osime melihat antusias yang tinggi dari adik-adik tentunya sebagai pengajar merasa sangat senang sekaligus gugup, karena pertama kali akan merasakan mengajar sisa sekolah yang jauh dari lingkungan saya sehari-hari.
Saya memilih untuk menjadi pengajar kelas karakter karena merasa simpati dengan karakter anak-anak zaman sekarang ini. Sebagai pengajar kelas karakter materi yang saya sampaikan cukup ringan namun mengandung sejuta manfaat apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu Magic Words atau kata Ajaib diantaranya adalah kata permisi, tolong, maaf dan terima kasih.
Kelas yang pertama kali saya masuki adalah kelas 4, kelas yang menurut saya paling seru dan juga paling aktif, mereka dapat mengikuti seluruh kegiatan mulai dari ice breaking hingga materi selesai. Satu siswa yang paling aku ingat di kelas 4 adalah Urwah, siswa laki-laki yang pemberani dan juga cerdas, selalu tanggap serta semangat. Di kelas ini tak terasa bahwa waktu berjalan dengan cepat dan sudah habis, meskipun baru sebentar rasanya sangat berat untuk meninggalkan kelas ini. Setelah mengajar kelas 4 dilanjutkan ke kelas 5 yang hanya berjumlah 4 orang saja, meskipun begitu di kelas ini semuanya dapat mengikuti dan memahami materi apa yang saya sampaikan. Dari dua kelas yang saya ajar muncul pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa dari anak-anak SD yang hebat pula, sepeti contohnya, kak kenapa kita harus menghargai orang lain? Kenapa kita harus toleransi? Kenapa harus mengucap maaf ? Dan masih banyak lagi, sungguh anak-anak yang patut di apresiasi. Setelah kelas 5 kegiatannya adalah istirahat dan dilanjutkan mengajar 2 kelas yang tersisa. Sedikit lega tapi rasanya masih ingin mengajar banyak kelas lagi. 2 kelas yang akan saya ajar adalah kelas 3 dan juga kelas 1, saat mengajar kelas 3 hanya ada 1 siswa laki-laki yang bernama Albi, saya sudah bertemu Albi sebelum kegiatan mengajar jam pertama di mulai Albi menceritakan bahwa rumahnya dekat dari sekolah tetapi tidak terlihat, Albi berangkat sekolah dengan jalan kaki sendiri entah benar atau tidaknya saya berusaha memahami dan mendengarkan apa saja yang dibicarakan oleh Albi. Kelas 3 juga cukup seru, kami bermain dua permainan ice breaking sambil belajar bersama mengenai karakter yang perlu dimiliki oleh semua orang.

Kini tibalah di kelas terakhir yang paling menguras energi dan juga pikiran saya yaitu kelas 1, Namanya juga kelas 1 masih ada yang berebut mainan, lari kesana kemari dan juga berteriak sesuka hati. Namun, saya memiliki jurus yang cukup efektif yaitu dengan mengucapkan “ayo adik-adik kita lomba duduk paling tenang, nanti yang rame ga dapet hadiah” seketika mereka tenang dan memperhatikan apa yang saya sampaikan tentang kata Ajaib ini, setelah saya sudah menjelaskan dasar-dasar dari materi saya sebagai kelas Karakter hebatnya adik-adik kelas 1 ini mengajak untuk belajar matematika, ya seketika saya menjadi pengajar numerasi sungguh tidak apa, muncul kejahilanku di awal dengan menyuruh anak kelas 1 menghitung luas segetiga dengan tertawa, mereka kembali berteriak ada yang minta penjumlahan,pengurangan bahkan ada yang meminta perkalian. Karena mereka masih kelas 1 kuturuti apa yang mereka inginkan ya walaupun pengajar kelas karakter menjadi kelas numerasi dan adik kelas saya seorang pengajar kelas numerasi beralih profesi menjadi guru seni rupa di kelas 1 ini.
Sejauh yang saya tulis ini mungkin belum ada yang mengarah kepada judul yang saya pilih karena selain pengalaman yang cukup menyenangkan di atas ada sedikit cerita yang menyentuh hati dan tidak sengaja saya ketahui yaitu ketika mengajar kelas atas, sebut saja mawar, ya mawar tentu tidak akan saya sebutkan siapa nama aslinya, seorang siswa kelas bagian atas yang ternyata belum bisa membaca, yang tak sengaja saya ketahui karena saya bertanya mengenai kelak mereka akan melanjutkan sekolah kemana, semua orang di kelas itu menjawab dengan penuh antusias kecuali 1 anak, seketika ia bersembunyi di bawah meja, saya menghampiri anak itu dan bertanya ada apa ? sautan dari teman-temannya mengagetkan ku, mereka mengatakan bahwa siswa ini tidak ingin lanjut sekolah karena belum bisa membaca dan ingin kerja saja, deg! seketika hatiku merasa hancur mendegar perkataan dari teman-teman siswa tersebut. Saya menyuruh mawar untuk bangkit dari bawah meja lalu memberikan motivasi untuknya, mengatakan bahwa tidak ada yang terlambat, kamu pasti bisa, dan banyak motivasi yang saya ucapkan dengan harapan dapat kembali menumbuhkan semangat dan mengirimkan energi yang positif untuk Mawar agar tidak putus asa dan putus sekolah. Hebatnya dan patut kita tiru, teman-teman Mawar adalah teman yang baik dan terus mendukung Mawar, mengajarinya, memotivasi dan melindungi Mawar. Mawar yang awalnya terlihat takut mulai berani untuk berbicara dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan hingg kelas selesai.
Mengetahui kisah Mawar dalam batin saya terucap jika buku dan membaca adalah jendela dunia, lantas bagaimana Mawar dapat membukanya? Bagaimana pula Mawar mengetahui dunia seisinya? Lagi-lagi saya dibuat bingung harus berbuat apa, saat itu saya hanya melakukan apa yang semestinya saya lakukan, meskipun belum seutuhnya membukakan jendela untuk Mawar, namun melalui takdir yang sudah di tetapkan ini semoga Mawar lekas bisa membaca dan segera membuka jendela dunia. Tidak ada maksud lain dari cerita Mawar yang saya tulis ini selain untuk mengingatkan kita untuk terus berbuat baik, peka terhadap sekitar kita, selalu bersyukur dan juga menjadikan kita bermanfaat bagi yang lain.
Kegiatan Osime ini di akhiri dengan penutupan yang memiliki makna begitu dalam, seru dan juga haru, seluruh siswa SD Negeri Puntukdoro 4 menuliskan cita-cita mereka diatas dengan cap telapak tangan yang berwarna-warni sebagai simbol keberagaman. Selain itu, penerbangan pesawat kertas sebagai harapan mereka menerbangkan mimpi dan cita-cita menuju angkasa yang tinggi bahkan menuju tak terbatas.
Terima kasih Bapak dan Ibu Guru serta teman-teman Osis yang telah memberikan saya kesempatan dan juga kepercayaan untuk mejadi bagian dari Osime 2024, sehingga saya mengetahui makna hidup yang lebih luas, menjadi manusia yang lebih bermanfaat dari sebelumnya serta menjadi manusia yang lebih bersyukur pula dari sebelumnya.
Jangan lupa bersyukur dan terus bersyukur. Terus berbuat baik dan terus bahagia!
KAMI PUNYA MIMPI!
- Tria Ellisya Tantri / Kelas XII.MIPA.3
- Pengajar Kelas Karakter
- OSIS Mengajar Angkatan 1
- SD Negeri Puntukdoro 4 Kec. Plaosan, Kab. Magetan