headline newssiswa menulis

Kilas Balik OSIME 2025 : Pengalaman, Pelajaran, Pengingat

Osis Mengajar Angkatan 2

Halo! Saya Aida Ula Mujahidah, yang kini mengenyam pendidikan di SMAN 1 Magetan, saya dari kelas X.5. Saya kerap dipanggil Aida, disini saya ingin berbagi dan menceritakan pengalaman saya ketika menjadi pengajar kelas Bahasa Inggris di SDN Gonggang 1, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan dalam kegiatan Osis Mengajar 2025.

Sebenarnya, saya sudah mengetahui dan tertarik mengikuti kegiatan OSIME sejak saya masih duduk di kelas IX SMP. Kegiatan OSIME ini pertama kali diselenggarakan di SDN Puntukdoro 4 pada 20 Januari 2024. Kegiatan OSIME memberikan peluang bagi siswa-siswi SMAN 1 Magetan untuk menjadi pengajar selama satu hari di salah satu SD di Kabupaten Magetan. Beberapa kelas yang disediakan adalah Kelas Literasi, Numerasi, Karakter, Konten Kreator, Bahasa Inggris, dan Musik. Kemudian setelah saya melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Magetan, barulah saya mendaftarkan diri untuk menjadi pengajar Bahasa Inggris OSIME 2025.

Setelah masa pendaftaran selesai, dilanjutkanlah seleksi berupa tes wawancara. Saya mulai mempersiapkan semua hal yang sekiranya diperlukan untuk mengajar. Ditambah lagi, tidak sedikit siswa yang mendaftarkan diri untuk OSIME 2025. Alhamdulillah, saya bisa melalui tes wawancara tersebut dengan baik dan lolos sebagai pengajar kelas Bahasa Inggris pada OSIME 2025. Setelah itu, para pengajar terpilih dan panitia OSIME 2025 mengikuti Briefing Akbar OSIS Mengajar 2025 pada tanggal 29 Januari 2025. Kami para pengajar yang terpilih dipandu oleh Bapak Ibu Guru dan para pengajar OSIME 2024. Disana, kami memeragakan bagaimana cara mengajar kami, yang kemudian akan dibenahi oleh mereka. Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Ibu Guru dan para pengajar OSIME 2024 yang telah membimbing kami. Saya banyak belajar dari mereka, belajar bahwa mengajar tidak sekadar memberi ilmu, tetapi juga harus dilandasi rasa dedikasi dan ketekunan, dan masih banyak lagi pelajaran yang saya dapatkan yang mungkin tidak akan cukup jika saya luangkan semuanya disini.

Tibalah di hari kegiatan OSIME 2025 dilaksanakan, yaitu pada 30 Januari 2025. Kami berangkat dari SMAN 1 Magetan menuju SDN Gonggang 1 sekitar pukul 06.15. Perjalanan menuju SDN Gonggang 1 tidaklah begitu ‘mulus’, terus terang. Banyak tanjakan diikuti jalan menurun yang curam. Sesekali, angin berembus menambah suasana yang dingin. Meski begitu, pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan ini begitu apik nan berkesan. Meski rute yang dilalui ini tidak mudah, untungnya kami semua sampai di tempat tujuan dengan selamat. Kami disambut begitu hangat. Kemudian, saat berjalan mengitari sekitar sekolah, saya melihat banyak keadaan baru di lingkungan tersebut yang jauh berbeda dengan lingkungan tempat saya tinggal maupun belajar. Seluruh siswa-siswi SDN Gonggang 1 sangat antusias akan kehadiran kami. Walau diselimuti cuaca yang dingin, tidak mematahkan semangat mereka yang selalu membara. Pada pukul 07.20, siswa-siswi SDN Gonggang 1 melakukan pembiasaan shalat dhuha dan hafalan surah pendek. Setelah itu, barulah siswa-siswi dikumpulkan di halaman sekolah untuk berkenalan dengan para pengajar dan ice breaking.

Setelah itu, barulah saya mulai mengajar. Jam pertama saya mengajar di kelas 5. Fun fact, kelas 5 ini hanya berjumlah dua siswa, yaitu Iqbal dan Yusuf. Karena itu, saya lebih banyak memberikan games agar mereka tidak lengah, tetapi saya tetap mengajarkan materinya, kok! Seperti bermain peran, up & down, post-it draw-it, dll. Dan voila! Respon yang mereka berikan membuat saya semakin semangat. Mereka asik, antusias, namun tetap fokus akan pembelajaran. Salah satu hal yang berkesan dari kelas 5 adalah mereka berkomuikasi dengan saya menggunakan Bahasa Krama, terdengar ‘sederhana’ tapi sungguh berarti bagi saya. Saya tidak merasakan kendala dalam jam pertama ini, justru saya sangat menikmati proses mengajarnya. Saking asiknya, tidak terasa jam pertama sudah berakhir. Tidak lupa saya berikan apresiasi dengan stiker dan snack. “Kak, nanti dateng kesini lagi ya!”, ucap mereka berdua. Sebuah awal yang berkesan.

Selanjutnya, jam kedua saya di kelas 3, kelas 3 berjumlah 4 murid saat itu. Kesan pertama saya memasuki kelas 3 adalah terharu. Mereka menyambut saya dengan hangat tapi penuh tanda tanya, seakan menebak saya akan mengajar apa. Saya belajar hal baru, bahwa bahagia itu sederhana. Setelah perkenalan, saya memulai pembelajaran dengan ice breaking ‘Banana Dance’. Suatu kebahagiaan tersendiri melihat adek-adek kelas 3 senang, sangat gemas! Saya mengajari mereka tentang ‘Animals & Fruits’, metode pembelajaran yang saya gunakan adalah metode visual gambar dan sosiodrama. Mengingat mereka masih di usia dini, rasanya mereka akan cepat lengah jika saya hanya berbicara. Maka dari itu, saya mengajak mereka bermain games board race, post-it draw-it, white and wait. “Kak, ayo main lagi!”, “Kak, bedanya white sama wait itu apa?”, “Aku harus menang di games ini.”. Berbagai reaksi ditunjukkan, menandakan antusiasmenya dengan saya. Oh iya, saya juga memberi apresiasi berupa stiker dan snack yang diatasnya saya beri pesan. Jam keduapun berakhir, yang dilanjutkan istirahat. Di waktu istirahat, hampir semua murid bermain di halaman sekolah. Mereka bermain voli bersama beberapa para panitia, ada juga yang bermain perosotan sembari mengobrol dengan pengajar.

Jam istirahatpun berakhir, jam ketiga dimulai. Jam ketiga saya mengajar di kelas 2. Di kelas 2, saya merasakan satu kendala, yaitu murid-muridnya yang awalnya kurang antusias dan fokus. Hal ini merubah lesson plan saya, yang awalnya memberi games setelah materi, menjadi memberi games sebelum materi. Hal itu saya lakukan agar murid murid memfokuskan diri terlebih dahulu agar tidak mudah lengah nantinya. Memang lebih banyak tenaga yang dikeluarkan untuk mengambil atensi mereka. Saya memulai jam ketiga dengan ice breaking ‘Buka Tutup’ dan ‘Ayam Itik’. Setelah dirasa semuanya sudah siap, barulah saya memaparkan materi ‘Family’ dengan metode applied learning dan visual gambar. Setelah itu, saya mengajak mereka bermain games lagi, yaitu ‘Up & Down’ dengan formasi lingkaran. Mereka memperhatikan saya sehingga kegiatan pembelajaran ini tidak bisa berjalan lancar pada akhirnya. Walapun sedikit terkendala di awal, pada akhirnya mereka tetap aktif dan antusias. Seluruh partisipasi mereka memang patut diberi apresiasi, selain itu, saya melihat banyak potensi dari mereka. Mereka bisa, dan saya harap mereka akan selalu berusaha untuk bisa.

Jam terakhir saya mengajar adalah di kelas 6. Sejujurnya, saya paling terkendala di kelas 6. Agak mirip dengan kendala di kelas 2, yaitu murid-muridnya pasif. Dari sikap mereka di kelas, saya merasa jika mereka kurang termotivasi. Setelah perkenalan, saya mengajak mereka untuk berbagi cerita terlebih dahulu, seperti akan melanjutkan dimana, cita citanya apa, apa yang paling mereka sukai, dll. Ada yang ingin menjadi koki, atlet voli, dan banyak lagi. Sayangnya kebanyakan dari mereka belum tahu kemana mereka setelah lulus dari SD. Itu menjadi titik yang fatal jika tidak segera dicari tahu, jika dari sekarang saja mereka tidak tahu, bagimana kedepannya? Yang saya lakukan saat itu adalah memberi saran dan motivasi dari pengalaman saya dulu. Karena saya yakin, mereka mau dan mampu untuk menggapai cita citanya, hanya saja perlu dorongan dan motivasi lebih dari pihak lain. Saya kemudian memberi materi seperti biasanya, yaitu ‘Giving Direction’ dan games ‘Jump In, Jump Out’ dan ‘White & Wait’. Mereka tetap antusias, untungnya. Tidak lupa, saya memberi apresasi berupa snack dan stiker. Tidak terasa, jam mengajar saya sudah selesai, tibalah pada penghujung kegiatan. Yaitu dengan membuat pohon cita-cita, menerbangkan pesawat kertas, dan banyak kenang-kenangan lainnya.

Salah satu impian saya adalah mengabdikan diri sebagai orang yang bermanfaat bagi sekitar. Saya ingin memanfaatkan setiap pertemuan dengan baik agar mereka terus bertumbuh dan selalu belajar suatu pelajaran yang baru. Saya harus bisa mengambil keputusan bagaimana membuat mereka tertib kembali dan bisa mengikuti pelajaran dengan efektif. Murid-murid adalah sumber kegembiraan yang mungkin tidak dapat dirasakan oleh banyak orang. Suatu kebahagiaan yang tidak biasa saya rasakan, suatu perasaan yang unik, suatu pembelajaran terbaik.

Ketika memerhatikan setiap siswa yang duduk rapi dalam kelompok-kelompok kecil. Wajah-wajah yang memancarkan semangat itu turut menumbuhkan semangat dalam diri saya.  Jika ditanya pelajaran apa yang didapatkan selama OSIME, jawabannya adalah pengalaman. Banyak yang mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. Dan saya amat setuju, menjadi seorang pengajar adalah salah satu pengalaman terbaik. Karena saya tidak bisa mendapatkan pengalaman ini di sembarang tempat maupun waktu. Saya berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam OSIME 2025 ini, yang sudah memberikan kesempatan untuk sama sama belajar dan terus berproses menciptakan pendidikan yang menumbuhkan nilai nilai kebaikan. Menjadi sosok yang mengayomi, sosok yang bisa membahagiakan serta menyebarkan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Selama berproses tentu banyak hal yang saya alami baik keterampilan mengasah skill dan beradaptasi di lingkungan sekolah. Ketika kita berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Dari pengalaman ini, menurut saya, jangan langsung beranggapan atau malah berprasangka buruk bahwa kita akan sulit untuk beradaptasi. Semuanya berawal dari pola pikir kita. Ketika kita berpikir bahwa suatu hal itu sulit, maka memulainya pun akan terasa berat. Begitupun sebaliknya. Semoga apa yang saya sampaikan bisa bemanfaat, baik untuk saya sendiri dan siapapun yang membaca ini. Semoga OSIME akan terus berlanjut dan berkembang agar selalu membawa dampak baik bagi banyak pihak. Aamiin

  • Aida Ula Mujahidah / Kelas X.5
  • Pengajar Kelas Bahasa Inggris
  • OSIS Mengajar Angkatan 2
  • SDN Gonggang 1, Kec. Poncol, Magetan

admin
the authoradmin
Think Big, Start Small, Act Now

Tinggalkan Balasan