Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa suatu hari saya akan menjadi pengajar dan mengajar anak-anak. Dulu, ini hanyalah sebuah hobi, tetapi kini tumbuh menjadi sumber kebahagiaan dan pengetahuan yang tak terhingga. Saya senang sekali saat mengetahui bahwa SMAN 1 Magetan mengadakan kegiatan Osis Mengajar. Dari enam kelas, saya memilih untuk mengajar kelas musik. Puji Tuhan, setelah melewati beberapa tahap, seperti pendaftaran dan tes wawancara, saya diterima sebagai pengajar kelas musik. Saya merasa sangat senang, karena dapat menjadikan hobi dalam bermusik dan bernyanyi sebagai wadah untuk berbagi ilmu. Sebelum mulai mengajar, tentunya Bapak dan Ibu guru memberikan arahan cara mengajar siswa. Tentunya, saya juga perlu menyiapkan materi yang akan saya ajarkan kepada adik-adik agar pembelajaran berjalan baik dan lancar.
Tibalah hari Kamis, 30 Januari 2025, kedatangan OSIME di SDN Gonggang 1 disambut dengan hangat oleh Bapak dan Ibu guru serta adik-adik. Baru saja tiba, saya dapat merasakan semangat dan antusias mereka. Setiap pagi, adik-adik SDN Gonggang 1 memiliki rutinitas doa bersama. Sembari menunggu adik-adik menyelesaikan ibadah. Saya dan pengajar lainnya melakukan observasi ke kelas yang akan kami ajar. Setelah doa bersama selesai, seluruh siswa di SDN Gonggang 1 berkumpul di lapangan sekolah untuk mengikuti beberapa rangkaian kegiatan, seperti ice breaking, guna membangun semangat adik-adik sebelum kegiatan belajar.
Kelas pertama yang saya ajar, adalah kelas 2. Begitu saya melangkah masuk, saya disambut dengan keceriaan dan tatapan semangat mereka. Adik-adik di kelas 2 sungguh luar biasa! Mereka cerdas, penuh rasa ingin tahu. Di kelas ini, saya lebih banyak berbagi cerita dan bernyanyi bersama. Momen itu terasa begitu hangat, suara-suara kecil mereka berpadu menciptakan harmoni, mengubah nada ke senyuman, kelas dipenuhi dengan rasa kebahagiaan. Saya ingin mereka tahu, setiap usaha dan semangat dari adik-adik dihargai, maka di akhir saya memberikan hadiah kecil sebagai bentuk apresiasi. Melihat mata mereka yang berbinar ketika menerima hadiah itu, membuat saya sadar, bahwa mengajar tidak hanya tentang berbagi ilmu, tetapi juga tenntang menumbuhkan kegembiraan dalam belajar.

Waktu saya mengajar sekitar 40 menit, terasa cukup panjang, tetapi nyatanya berlalu begitu cepat. Selesai saya mengajar kelas 2, saya segera berpindah ke kelas 1. Seperti yang saya bayangkan, adik-adik kelas 1, dengan energi yang super aktif dan tak pernah habis, membuat saya harus berpikir cepat bagaimana menjaga kelas tetap kondusif tanpa menghilangkan suasana ceria. Saya pun mengajak mereka untuk melakukan ice breaking dan beberapa permainan seru. Setelah suasana kelas lebih terkendali, kami mulai bernyanyi, diiringi dengan petikan gitar, sambil mendengarkan alunan nada yang khas dari wajah ceria adik-adik. Ada satu momen yang tak saya lupakan pada saat saya mengajar adik-adik kelas 1, setelah melakukan ice breaking, kelas kembali ricuh. Beberapa adik mulai saling mengejek. Membuat suasana kelas yang tadi hangat seketika berubah. Saat itu, saya menyadari bahwa tugas saya tidak hanya mengajar musik, tetapi juga perlu menanamkan nilai-nilai kebaikan. Penting bagi pengajar mengingatkan anak-anak untuk bertutur dan berbuat baik. Sama seperti kelas sebelumnya, adik-adik sangat senang ketika saya memberikan mereka Snack. 40 menit pun berlalu, tibalah jam istirahat. Saya memperhatikam mereka, ada yang bermain voli, ada yang ke kantin, dan ada yang asyik bermain permainan lainnya. Saya pun memanfaatkan waktu istirahat untuk berbincang dengan adik-adik lainya, mencoba mengenal lebih dekat. Karena saya mengajar kelas musik, saya penasaran, lagu apa yang sering mereka dengarkan? Rupanya, banyak dari adik-adik mendengarkan lagu yang kurang sesuai dengan usia mereka. Hal ini membuat saya berpikir, betapa pentingnya menghadirkan lagu-lagu yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga sesuai dengan dunia mereka. Setelah perbincangan tersebut, sebuah ide terlintas di benak saya, saya ingin mengajarkan sebuah lagu yang berkaitan dengan meraih mimpi. Lagu yang bisa memberi semangat dan menginspirasi adik-adik untuk terus mengejar cita-cita mereka.

Usai jam istirahat. Saya melanjutkan jadwal mengajar saya di kelas 4, lalu di kelas 3. materi yang saya ajarkan tidak jauh berbeda, saya mengajarkan tentang tempo dan irama, setelah adik-adik memahami tempo dan irama, saya mengajarkan satu lagu yang berjudul Laskar Pelangi karya Nidji, saya memilih lagu ini bukan hanya melodinya yang indah, tetapi juga pesan yang terkandung di dalamnya. Saya ingin mengajarkan kepada mereka bahwa bermimpi adalah hak setiap orang, dan tidak ada yang mustahil jika diiringi dengan usaha dan doa. Sebelum bernyanyi, saya bertanya kepada adik-adik tentang cita-cita mereka, sungguh luar biasa mendengar jawaban mereka, ada yang ingin menjadi dokter, polisi dan koki, saya merasa bangga melihat keberanian mereka untuk bermimpi. Ketika petikan gitar mulai terdengar, suasana yang awalnya tenang, perlahan berubah. Suara-suara kecil mereka mulai mengikuti irama, semakin lama semakin lantang, sehingga memenuhi kelas dengan semangat dan keceriaan, ruang kelas yang tadinya sunyi kini berubah menjadi panggung kecil penuh impian. Hari itu, kami tidak hanya belajar tentang musik, tetapi juga belajar tentang harapan, keberanian untuk bermimpi, dan keyakinan bahwa mimpi itu dapat diwujudkan.

Tak terasa kegiatan OSIME hampir mencapai penghujungnya. Sebagai penutup, kami mengadakan dua kegiatan simbolis penuh makna, yaitu menempelkan pohon cita-cita dan menerbangkan pesawat kertas, adik-adik menuliskan harapan dan impian mereka di selembar kertas, lalu menempelkan di pohon cita-cita, adik-adik juga penuh semangat menerbangkan pesawat kertas ke langit, seolah-olah mengirimkan doa dan harapan mereka kepada semesta. Kegiatan OSIME hanya berlangsung setengah hari, tetapi meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Segala rasa lelah seakan sirna saat melihat senyum bahagia di wajah adik-adik. Dalam perjalanan pulang, saya kembali mengingat setiap momen, dan membiarkan diri saya tenggelam dalam keindahan pemandangan di sepanjang jalan. Setiap momen yang telah saya lalui bersama adik-adik kembali terputar di benak saya, tawa mereka, nyanyian yang menggema dan impian-impian yang mereka harapkan dengan lantang. Hari itu, saya tidak hanya mengajar, tetapi juga menoreh kenangan dalam harmoni, menjadikan melodi indah yang akan selalu saya kenang.
Ada satu hal yang saya sadari sebagai seorang pengajar. Bahwa peran ini bukan hanya memberi, tetapi juga menerima, kita tidak hanya menjadi pengajar yang dapat memotivasi anak-anak, tetapi juga menjadi pengajar yang termotivasi oleh mereka. Dari pengalaman saya mengajar, saya memahami bahwa kebahagiaan itu sederhana, bukan tentang seberapa banyak harta yang dimiliki, tetapi dari seberapa sering kita bersyukur, seberapa sering kita tersenyum, dan menikmati setiap momen yang ada. Adik-adik yang saya ajar telah mengajarkan hal yang berharga, bahwa semangat dalam belajar, ketulusaan dalam bermimpi, serta kegembiraan dalam hal-hal kecil adalah kekayaan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Saya juga menyadari, bahwa menjadi seorang pengajar bukanlah hal mudah. Dibutuhkan kesabaran penuh untuk memahami cara belajar setiap anak, kreativitas guna menciptakan suasana kelas yang aman dan nyaman, serta ketulusan untuk terus berbagi ilmu pengetahuan. Melalui kegiatan OSIME, saya semakin menghargai setiap guru di luar sana, mereka telah mendedikasikan hidupnya untuk menyalakan ilmu bagi banyak orang. Terima kasih kepada semua guru, telah menjadi pelita yang dengan tulus hati menerangi jalan kami dengan ilmu yang diberi. Semoga ilmu yang kalian bagikan menjadi cahaya yang terus bersinar dan bermanfaat bagi banyak orang.
- Filia Petrina Ubleeuw / Kelas X.2
- Pengajar Kelas Musik
- OSIS Mengajar Angkatan 2
- SDN Gonggang 1, Kec. Poncol, Magetan